Pierre: Sangat menarik ketika saudara Naek mengatakan bahwa ini semua direncanakan; dan pada dokumentasi Bible Project juga digambarkan tentang peperangan dimana Tuhan meminta Israel untuk ‘melenyapkan’ bangsa-bangsa di tanah Kanaan. Bagaimana kita menilai hal ini dan menghubungkannya dengan keadaan sekarang? Karena pada kenyataannya memang ada terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak adil dan sangat kejam; bagaimana kalau orang melakukan hal-hal seperti itu dan mengatasnamakan Tuhan? Kemudian, bagaimana menjawab klaim orang yang mengatakan bahwa Tuhan itu kejam, tidak punya perasaan, karena melenyapkan bangsa-bangsa di Kanaan secara sembarangan. Bagaimana kita menilai dan menjelaskan hal ini?
Naek: Ini pertanyaan yang bagus dan saya pikir ini juga menjadi pertanyaan banyak orang. Yang pertama kita perlu melihat terlebih dahulu mengenai Tuhan di luar ciptaan. Artinya kita mengumpamakan seolah ciptaan belum ada.
Jadi, Tuhan mempunyai atribut-atribut yang infinitif dan tidak berubah. Salah satu atribut Tuhan yang infinitif adalah kekudusan, bahwa Dia adalah Tuhan yang maha kudus; Dia adalah Tuhan yang maha adil; Dia maha mengasihi; dan Dia juga adalah Tuhan yang maha baik. Ini sekali lagi adalah atribut-atribut Tuhan yang infinitif dan tidak berubah (immutable).
Tetapi kemudian ketika kita melihat setelah alam semesta, makhluk hidup, manusia diciptakan, maka kita bisa melihat adanya fenomena ketika Tuhan berinteraksi dan berelasi dengan manusia. Ketika terjadi interaksi dan relasi dengan manusia terlebih setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka kita melihat semacam predikat yang accidental. Artinya kita melihat Tuhan marah kepada manusia, terhadap sejumlah bangsa, dan dalam konteks ini adalah bangsa Kanaan, tetapi, kita tidak dapat mengatakan bahwa Tuhan mempunyai atribut yang pemarah; dan bahwa kemarahan-Nya infinitif, dan itu tidak mungkin. Tidak mungkin bahwa Tuhan itu pemarah secara infinitif dan pada waktu yang sama juga adalah maha kasih dan maha baik secara infinitif. Sekali lagi, itu tidak mungkin! Karena itu adalah sesuatu yang kontradiktif.
Yang benar adalah bahwa karena adanya ciptaan yang jatuh ke dalam dosa; menyembah allah-allah lain yang bukan allah, berhala, dan lain sebagainya, maka tampaklah bagi kita sebuah fenomena dimana setelah bangsa Kanaan berbuat dosa, dan dosa-dosa mereka mengalami eskalasi, mereka dibersihkan. Sehingga banyak dari kita yang melihatnya menilai bahwa ini tidak adil; Tuhan jahat; dan lain sebagainya. Padahal Dia adalah Tuhan yang berhak atas kehidupan itu sendiri. Dia yang memberikan hidup dan Dia juga yang berhak mengambil kehidupan itu.
Jadi kita perlu melihat kaitannya dengan manusia yang tidak patuh, tidak lagi merefleksikan citra Allah; tidak menjadi representatif Allah; menyembah allah-allah lain yang bukan Allah; menyembah berhala; berbuat dosa, dan lain sebagainya. Karena itu, sekali lagi, Allah berhak dan berdaulat untuk melakukan pembersihan. Itu hal pertama yang perlu kita lihat yaitu bahwa Tuhan mempunyai atribut-atribut, dan apapun yang Dia lakukan adalah merupakan refleksi dari atribut-atribut-Nya. Kaitannya dengan Allah membersihkan tanah Kanaan adalah berhubungan dengan atribut-Nya yang maha kudus; yang maha adil, sehingga dapat dimengerti mengapa Tuhan membersihkan tanah itu.
Hanya saja yang menjadi pertanyaan adalah bahwa Dia menggunakan bangsa Israel. Tetapi Tuhan menunggu waktu yang tepat. Dia mengutus bangsa Israel keluar dari Mesir ketika kejahatan bangsa Kanaan telah mencapai puncak. Mereka, bangsa Israel itu, digunakan Tuhan untuk membersihkan tanah perjanjian.
Tetapi pertanyaannya lagi, apakah Tuhan hanya mengasihi bangsa Israel dan kemudian mengizinkan bangsa Israel berbuat dosa? Kalau kita perhatikan, tanah perjanjian ini pun nantinya sekitar tahun 700 dan 500 SM juga dibersihkan oleh Tuhan dengan menggunakan bangsa Asyur dan Babel. Alasan pembersihan itu adalah karena bangsa Israel pun sudah menyembah berhala termasuk raja Salomo dan isteri-isterinya. Artinya bukan hanya bangsa Kanaan saja yang dibersihkan tetapi juga bangsa Israel ketika mereka telah menjadi serupa dengan bangsa-bangsa Kanaan yang jahat dan menyembah berhala itu. Mereka, bangsa Israel, itu dibuang ke Asyur dan Babel. Jadi di sini kita bisa melihat ada kesamaan atau kemiripan. Dengan kata lain, esensinya adalah kira-kira seperti ini: entahkah kamu adalah bangsa Kanaan atau Israel, kalau kamu tidak patuh kepada Tuhan; tidak setia kepada Dia; menyembah berhala, menyembah allah-allah lain yang bukan Allah; berbuat kejahatan dan kekejian, maka kamu juga akan mengalami hal yang sama.
Hal lain yang menarik berkaitan dengan membersihkan tanah perjanjian ini, yang banyak disebut orang sebagai genosida, kalau kita perhatikan, itu bukanlah hal yang tidak ada solusi dan jalan keluarnya. Contohnya adalah Rahab. Rahab, setelah mendengar tentang apa yang dilakukan oleh bangsa Israel ketika keluar dari tanah Mesir; dan berbagai pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang dilakukan dengan luar biasa, dia percaya; dan dia tidak mengalami kematian atau hukuman. Artinya, kalau mereka, bangsa Kanaan, itu percaya dan bertobat, maka sesungguhnya mereka tidak akan mendapat hukuman. Contoh lain selain Rahab adalah orang Gibeon. Meskipun mereka bohong karena takut tetapi mereka percaya kepada Allah bangsa Israel. Mereka mengatakan bahwa mereka datang dari jauh, susah, dan menderita, padahal mereka berasal dari wilayah Gibeon yang tidak jauh dari lokasi bangsa Israel. Karena bangsa Israel telah mengadakan perjanjian dengan bangsa Gibeon tersebut, maka mereka kemudian tidak jadi dihukum.
Intinya kalau bangsa Kanaan bertobat, berubah dari dosa-dosa mereka, dan percaya kepada Allah bangsa Israel maka mereka juga akan diselamatkan; dan mereka tidak akan mendapatkan hukuman. Jadi dari kisah Rahab dan Gibeon, kita bisa melihat bahwa Allah juga menyelamatkan bangsa-bangsa yang lain.
Hal lain berkaitan dengan penjelasan mengenai perang suci (holy-war), agar orang tidak menyalah-gunakan tulisan di kitab Yosua secara letterlijk, adalah seperti berikut: bahwa perang suci hanya terbatas pada ruang lingkup yang sempit. Pertama, itu hanya berlaku pada waktu itu; hanya untuk orang Israel pada waktu itu; dan kemudian hanya untuk wilayah Kanaan pada waktu itu, di luar itu, tidak berlaku. Sebagai perbandingan, kalau anda pernah membaca tentang kisah Daud yang menghitung jumlah dari bangsa Israel yang bisa digunakan untuk berperang, Tuhan pada waktu itu, marah kepada dia. Alasannya adalah karena Daud berencana untuk memperluas wilayah sampai ke luar tanah perjanjian, sementara tujuan perang suci adalah hanya untuk tanah perjanjian. Dengan kata lain, di luar dari lingkup atau tujuan itu, tidak bisa. Tuhan tidak mengizinkan Daud untuk melakukan ekspansi “perang” dengan lebih luas karena perang suci hanya berlaku untuk lingkup atau konteks tanah perjanjian.
Alasan kedua adalah karena perang suci harus mendapatkan konfirmasi dari nabi Tuhan. Contohnya, kalau kita pernah mendengar kisah tentang raja Ahab yang bertanya kepada nabi Mikha; sebelumnya, Ahab bertanya kepada 400 nabi-nabi palsunya. Dia berkata, “Apaah saya bisa berperang dengan Ramot-Gilead?” Lalu 400 nabi Ahab tersebut mengatakan, “Majulah, karena kamu pasti menang!” Tetapi kemudian rekan Ahab yang bernama Yosafat mengatakan, “Apakah masih ada lagi nabi yang lain?” Lalu Ahab mengatakan, “Ada, satu orang, tetapi dia selalu mengatakan hal yang tidak enak terhadap saya. Dia selalu mengatakan hal yang tidak sesuai dengan keinginan saya.” Kemudian Yosafat berkata, “Boleh! Coba kita panggil dia untuk mendengar apa yang dia katakan.”
Kisah nabi Mikha ini mengandung sense of humor karena nabi tersebut pada awalnya tidak langsung menjawab apa sebenarnya yang menjadi keputusan Tuhan tentang rencana perang itu. Mikha mencontohi persis apa yang dikatakan oleh 400 nabi palsu tadi dengan gaya dan nada yang sama. Dia berkata, “Majulah! Kamu pasti akan menang.” Melihat hal itu, Yosafat seolah mengatakan, “Ngomong yang benar deh, jangan becanda!”, seolah seperti itu. Kemudian Mikha mengatakan yang sebenarnya, agar mereka jangan pergi berperang, karena mereka akan kalah, dan Ahab akan mati. Jadi ini menunjukkan bahwa perang suci itu harus mendapatkan konfirmasi dari nabi Tuhan; bahwa nabi perlu mengatakan apa yang dikehendaki oleh Tuhan; dan apa yang direncanakan oleh Tuhan. Dengan kata lain, perang suci, bukan didasari atas keinginan duniawi atau keinginan manusia semata. Tentara-tentaranya pun berangkat dengan sukarela, tidak dibayar. Mereka pun harus berpuasa terlebih dahulu. Mereka tidak berperang secara sembarangan. Itu sebenarnya adalah perang Tuhan hanya bangsa itu digunakan pada waktu itu sebagai instrumen dan diharapkan mereka untuk tetap patuh dan taat dan percaya kepada Tuhan.
Selain itu, mereka, secara umum, tidak boleh mengambil jarahan. Dalam kasus atau cerita tentang Akhan, dia dan keluarganya dihukum mati karena mengambil barang-barang milik bangsa Yerikho.
Jadi, itu kira-kira jawaban kita tentang pertanyaan tadi.
Ikuti lanjutan diskusi ini dalam versi penuh (full-version) bersama dengan koleksi diskusi lainnya yang tersedia di Seminari Alkitab Media Sabda Biblika. Untuk informasi dan registrasi silahkan klik di sini. Atau, hubungi kami di admin@samsb.org. Tuhan memberkati.
Kunjungi dan subscribe kami juga di: SAMSB YouTube | SAMSB Facebook | SAMSB Courses | SAMSB Telegram